Pandemi COVID-19 telah menyebabkan permasalahan baru bagi lingkungan, salah satunya adanya peningkatan timbulan limbah medis. Di masa pandemi, limbah medis tidak hanya berasal dari fasilitas kesehatan, tapi juga dapat berpotensi berasal dari limbah domestik atau rumah tangga. Meningkatnya penggunaan APD di fasilitas kesehatan dan penggunaan masker oleh masyarakat umum selama pandemi berpotensi sebabkan lonjakan jumlah sampah medis. Ini jadi babak baru masalah tata kelola sampah di Indonesia.
Asian Development Bank (ADB) memprediksi bahwa Jakarta dapat menghasilkan tambahan 12.720 ton limbah medis berupa sarung tangan, baju APD, masker, dan kantong infus selama 60 hari selama pandemi. Sebelumnya, Indonesia sendiri telah memproduksi limbah medis sekitar sebanyak 290 ton per hari dan 35 ton per hari untuk wilayah Jakarta.
Sementara itu, penanganan sampah medis di Indonesia masih mengalami keterbatasan. Dari 2.820 rumah sakit yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya ada 83 lokasi yang memiliki incinerator untuk mengolah limbahnya. Penggunaan incinerator sendiri ini pun masih menjadi pro kontra di masyarakat karena dapat berpotensi mencemari lingkungan.
Selain itu, pabrik pengolah sampah medis di Indonesia pun masih terbatas. Hanya terdapat lima pabrik pengolah sampah medis di pulau Jawa dan satu di pulau Kalimantan. Sebelum pandemi, kasus timbulan sampah medis juga pernah ditemukan tercecer di kawasan hutan Mangrove di Karawang pada 2018. Hal ini membuktikan bahwa penanganan limbah medis di Indonesia masih bermasalah dan mengalami keterbatasan.
Di masa pandemi, kondisi tersebut tentunya menjadi semakin parah. Bukan hanya limbah medis di fasilitas kesehatan yang semakin meningkat, tapi kini limbah infeksius juga dapat diproduksi dari limbah domestik. Ini terjadi karena meningkatnya penggunaan APD serta penggunaan alat tes antibodi oleh masyarakat umum. Akibatnya, salah satu masalah tata kelola sampah yang dihadapi sekarang adalah bercampurnya limbah infeksius dengan limbah domestik di tempat pembuangan. Akibatnya, keselamatan para pemulung dan petugas persampahan terancam.
Sebagai upaya untuk mengantisipasi para pemulung dan petugas persampahan terpapar dari bahaya virus, Greeneration Foundation telah bekerja sama dengan The Coca-Cola Foundation Atlanta melalui The Coca-Cola Foundation Indonesia untuk membantu 2.500 pemulung dan petugas persampahan di 25 titik wilayah.
Adapun bantuan yang disealurkan berupa modul edukasi COVID-19, Alat Pelindung Diri (APD), alat kebersihan (hygiene kit), dan paket sembako. Upaya ini diharapkan dapat membantu pemulung dan petugas persampahan selama pandemi. Mereka adalah pejuang yang berada di garda terdepan dalam membersihkan lingkungan kita dari pencemaran sampah.