ID
|
Carbon Trading Solusi Kurangi GRK

Carbon Trading Solusi Kurangi GRK

Pemandangan Pabrik Coklat (Loic Manegarium / Pexel)
Pemandangan Pabrik Coklat (Loic Manegarium / Pexel)

Daftar Isi

Carbon trading hadir sebagai solusi untuk mengurangi jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer. Solusi ini masih menyimpan pro dan kontra untuk menjamin solusi yang ditawarkan.

Banyak negara di dunia masih kewalahan menangani krisis iklim. Sebab, aktivitas manusia di lingkup industri dan pembangunan ekonomi berkontribusi besar menghasilkan jejak karbon berupa Gas Rumah Kaca (GRK). Bagi negara berkembang, masalah jadi makin pelik karena lambannya pengembangan teknologi untuk transisi ke energi terbarukan. Alhasil, jejak karbon yang dihasilkan cenderung lebih tinggi. Untuk mengejar target penurunan jejak karbon, carbon trading dicanangkan sebagai solusi pengurangan GRK. Namun, benarkah ini solusi yang berdampak baik bagi bumi?

Carbon Trading

Ilustrasi Skema Carbon Trading (Katadata)
Ilustrasi Skema Carbon Trading (Katadata)

Carbon trading adalah sebuah inovasi tentang jual beli karbon antar entitas (Industri, lembaga, atau negara) sebagai solusi untuk mengurangi GRK yang dilepaskan ke atmosfer. Inovasi ini muncul untuk mengejar target pengurangan emisi karbon di perjanjian Paris 2015. Perlu Generasi Hijau ketahui, dunia telah sepakat untuk menjaga kenaikan suhu di bawah 2 derajat celcius pada perjanjian tersebut.

Mekanisme yang dilakukan untuk jual beli karbon adalah dengan menjual izin untuk melepaskan karbon yang telah ditentukan batasannya. Jika suatu entitas ingin melepaskan karbon lebih besar dari ambang batas, entitas tersebut harus membeli izin pelepasan karbon entitas lain yang produksi karbonnya lebih sedikit. 

Indonesia turut bergabung dengan pasar karbon dunia. Aturan tentang jual beli karbon telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 98 tahun 2021. Aturan ini mengatur penyelenggaraan nilai ekonomi karbon untuk pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan pengendalian emisi gas rumah kaca dalam pembangunan nasional.

Potensi perdagangan karbon di Indonesia terbilang cukup besar. Keuntungan yang didapat dari perdagangan karbon diperkirakan bisa mencapai 8 triliun rupiah. Potensi ini didukung oleh luas 3 sumber daya alam yang sangat besar untuk menyerap karbon yaitu, hutan hujan tropis, hutan mangrove, dan lahan gambut. 

Keuntungan Carbon Trading

Reboisasi Hutan (PSKL / Forest Digest)
Reboisasi Hutan (PSKL / Forest Digest)

Perdagangan karbon memiliki dampak baik bagi perekonomian negara dan keberlanjutan lingkungan. Semua keuntungan yang didapat berorientasi pada pengurangan gas emisi rumah kaca. Bagi perekonomian, perdagangan karbon bisa membuka peluang investasi yang besar bagi pengembangan investasi teknologi, industri, dan energi hijau. Meningkatnya investasi di bidang tersebut dapat menambah pendapatan negara, meningkatkan profit industri, dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. 

Jika berjalan sesuai misinya, solusi ini bisa memicu seluruh pihak dalam suatu negara untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari setiap aktivitas. Semakin rendah karbon yang kita hasilkan, semakin besar peluang untuk menjual izin pelepasan karbon ke entitas lain. Semangat untuk mengurangi emisi jadi modal penting untuk menjalankan berbagai aksi restorasi lingkungan. 

Lingkungan yang semakin pulih akan memberikan daya dukung kehidupan dengan kualitas prima seperti ketersediaan, air, udara, dan tanah yang bersih dan bebas pencemaran. Kesejahteraan manusia pun akan semakin meningkat.

Kontroversi Carbon Trading

Ilustrasi Konflik Kepentingan Manusia dan Bumi (BuzzFeed / Pinterest)
Ilustrasi Konflik Kepentingan Manusia dan Bumi (BuzzFeed / Pinterest)

Perdagangan karbon yang digadang-gadang sebagai solusi yang baik untuk mencegah perubahan iklim nyatanya masih menyimpan kontroversi. Sistem jual beli karbon antara negara penghasil karbon tinggi dan rendah memberikan peluang bagi penghasil karbon besar untuk lepas tangan dari upaya restorasi lingkungan. Ini dapat terjadi karena mereka hanya perlu membeli kuota emisi negara yang hasil emisinya lebih rendah. 

Alhasil, penyelewengan sistem dapat terjadi dengan tetap melakukan pembelian karbon dari negara yang minim karbon, tanpa upaya untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. Padahal, inti dari kebijakan perdagangan karbon adalah pengurangan emisi karbon.

Oleh karena itu, skema yang konservasi yang ketat dan keadilan dalam proses jual beli harus dirancang dengan sangat rinci agar solusi ini tidak menjadi semu. Dunia harus tetap menjaga misi perdagangan karbon agar tak bergeser ke arah keuntungan ekonomi belaka. Aktivitas karbon trading perlu melibatkan aktivitas konsumsi dan produksi yang berkelanjutan

Referensi

INDONESIA CARBON TRADING HANDBOOK (Katadata Insight Center, Compiler). (2022, Agustus).

Perdagangan Karbon yang Cedera. (2021, September 13). Forest Digest. Retrieved September 27, 2022.

Bagikan Artikel Ini
Postingan Terkait
Misteri Penyumbat Sungai (Khasna Nurul Azizah / Greeneration Foundation)
Misteri Peyumbat Sungai
Warga Jakarta menyeberang jalan lengkap dengan maskernya. (Sumber: Edna Tarigan/AP)
Mengontrol Laju Pertumbuhan Penduduk Dapat Dilakukan Bersamaan dengan Peningkatan Kualitas Hidup
Ilustrasi Sedotan Kertas Beracun (PT Sari Coffee Indonesia)
Sedotan Kertas Beracun
Ingin Terus Mendapatkan Informasi Terbaru Kami? Berlangganan Sekarang
Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.
img 9429 cleanup

Mau up-date tentang kondisi lingkungan terkini?
Berlangganan sekarang!

Masukkan e-mailmu dan kami akan kirimkan berbagai informasi lingkungan menarik dan berbobot hanya untuk kamu, Generasi Hijau!

Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.