Beranda
Publikasi
Green Info
Karbon Biru Ampuh Tangani Perubahan Iklim

Karbon Biru Ampuh Tangani Perubahan Iklim

Green Info

12 Desember 2023

Aviaska Wienda Saraswati

Banner

Karbon biru berperan penting serap emisi karbon untuk menahan perubahan iklim. Ekosistemnya terancam kerusakan.

Karbon biru punya banyak manfaat untuk lingkungan agar terhindar dari dampak perubahan iklim. Generasi Hijau masih ingat apa saja yang termasuk karbon biru? Yuk kita refresh lagi pengetahuan kita tentang karbon biru dan pengaruhnya pada keberlanjutan lingkungan!

Karbon Biru

unnamed (2).png

Rumput Laut Penghasil Karbon Biru (earth.com)

Pada artikel “ini Mengenal Apa itu Blue Carbon, Manfaat, dan Langkah untuk Menjaganya” kita pernah berkenalan dengan karbon biru. Untuk mengingatkan, karbon biru adalah karbon yang diserap oleh ekosistem laut dan pesisir. Elemen dari ekosistem laut dan pesisir yang dapat menyerap karbon adalah mangrove, plankton, rawa, paus, dan rumput laut. Secara global, ekosistem pesisir dan laut memiliki potensi menghasilkan karbon biru sebanyak 0.4 – 1.2 metrik gigaton karbon dioksida (GtCO₂) per tahun.

Karbon biru pada tumbuhan dihasilkan dengan menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis. Karbon yang terserap kemudian diubah menjadi karbon organik dan disimpan dalam bentuk biomassa.

Potensi Karbon Biru Indonesia

unnamed (3).png

Mangrove (alinea.id)

Beruntungnya, Indonesia punya potensi karbon biru yang sangat besar. Bagaimana tidak, negara kita memiliki luasan mangrove sebanyak 48% dari luasan mangrove yang ada di dunia. Jumlah potensi karbon biru yang dimiliki ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 3,14 miliar metrik karbon (PgC). Jumlah itu mencakup 17% total potensi karbon biru dunia.

Dari seluruh elemen tersebut, mangrove adalah rajanya penyerap karbon di dunia. Ekosistem mangrove mampu menyerap karbon sebanyak 6-8 Mg CO₂e/ha (setara ton CO₂ per hektar). Selain mangrove rawa-rawa atau lahan gambut juga memiliki potensi penyerapan karbon yang besar. Indonesia punya sekitar 22.5 juta hektar lahan gambut yang mampu menyerap 30% karbon dunia.

Potensi tersebut mampu menekan laju perubahan iklim di Indonesia karena kita memiliki reseptor karbon yang besar. Selain itu, lestarinya ekosistem yang menghasilkan karbon biru akan memulihkan kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Warga sekitar yang mengandalkan potensi alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, perekonomiannya dapat terselamatkan.

Ancaman Kerusakan Ekosistem Karbon Biru

unnamed (4).png

Kerusakan Lahan Gambut (hijauku.com)

Potensi karbon biru memiliki beberapa ancaman yang merusak yaitu alih fungsi lahan, abrasi, pencemaran, dan eksploitasi biota laut. Hutan mangrove eksistensinya terancam abrasi dan alih fungsi lahan jadi tambak ikan. Hal ini menyebabkan lepasnya karbon dan terkikisnya daratan pesisir. Dampak terburuknya, masyarakat pesisir terancam kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian.

Ekosistem laut mengalami ancaman yang berbeda. Eksploitasi biota laut seperti rumput laut dan paus juga mengurangi potensi penyerapan karbon. Selain itu, pencemaran sampah laut juga merusak habitat mereka.

Bagi lahan gambut, alih fungsi lahan jadi faktor yang paling mengancam. Lahan gambut banyak dikonversi menjadi lahan pemukiman, pertanian, kawasan perekonomian. Selain mereduksi reseptor karbon, hilangnya lahan gambut juga mengakibatkan turunnya muka tanah.

Lindungi Karbon Biru Untuk Bumi

unnamed (5).png

Penanaman Bibit Mangrove (UNAIR NEWS)

Ancaman kerusakan ekosistem karbon biru membutuhkan solusi untuk menjaga eksistensinya. Jika tidak, karbon yang selama ini terserap akan lepas ke atmosfer dan memperburuk perubahan iklim. Untuk menjaga ekosistem tersebut, berikut hal penting yang harus dilakukan:

1. Konservasi Mangrove

Konservasi mangrove dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu reboisasi hutan mangrove dan pembuatan tanggul untuk menghadang ombak. Kedua solusi ini dapat dikolaborasikan dan diimplementasi sekaligus. Reboisasi dilakukan pada kawasan pesisir yang tergerus abrasi dan mengalami alih fungsi lahan menjadi tambak ikan yang berlebihan.

Penanaman bibit mangrove baru dapat dilakukan beriringan dengan pembuatan tanggul. Tanggul berfungsi untuk memecah ombak agar tidak merusak bibit yang masih rentan dan membantu membentuk sedimentasi agar bisa ditanami mangrove.

2. Membatasi Alih Fungsi & Restorasi Lahan Gambut

Membatasi alih fungsi lahan gambut bertujuan untuk menjaga ekosistem lahan gambut. Hal ini perlu melibatkan peran pengawasan pemerintah untuk membatasi hak guna lahan gambut.

Selain itu restorasi juga harus dilakukan untuk memulihkan lahan gambut yang telah rusak. Strateginya dengan menerapkan konsep 3R (Rewetting, Revegetation, Revitalization). Konsep ini diterapkan dengan membasahi kembali lahan gambut, menanam tanaman rawa, dan memulihkan potensi ekonomi lahan gambut bagi warga sekitarnya.

3. Menjaga Kelestarian Ekosistem Laut

Untuk menjaga kelestarian ekosistem laut, banyak aksi yang perlu dilakukan. Pertama, kita harus mencegah pencemaran sampah laut agar tidak membunuh biota laut. Kedua, kita harus menjaga habitat mereka dengan mencegah perusakan terumbu karang. Ketiga, kita harus membatasi eksploitasi biota laut agar ekosistem mereka tetap seimbang dan terhindar dari kepunahan.

4. Menambah Pendanaan Pelestarian Ekosistem

Menjalankan kredit karbon bisa jadi salah satu opsi yang diupayakan. Tidak kita pungkiri, pemulihan ekosistem membutuhkan biaya yang besar. Masalahnya, selama ini pendanaan untuk restorasi lingkungan sangat terbatas. Solusi ini dapat melibatkan peran investor dalam upaya restorasi. Akan tetapi, di Indonesia peraturan tentang kredit karbon baru saja diluncurkan dan masih perlu dievaluasi efektivitas pelaksanaannya.

Selain itu, untuk menambah pendanaan restorasi, kamu dapat menjadi pahlawan lingkungan Green Fund Digital Philanthropy. Kamu cukup menyisihkan uang untuk ngafe Rp. 10.000 saja setiap bulannya. Uang yang kamu sisihkan itu dapat mendukung upaya restorasi Sungai Citarum dan ekosistem laut di Banyuwangi dari pencemaran sampah. Yuk kita ngafe sambil donasi!

Follow Kita di Google NewsGoogle News

Referensi

Claes, J., Hopman, D., Jaeger, G., & Rogers, M. (2022, May 1). Blue carbon: The potential of coastal and oceanic climate action. McKinsey & Company. Retrieved November 28, 2023.

KARAKTERISTIK FISIK LAHAN AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT PHYSICAL CHARACTERISTIC OF PEATLANDS AS EFFECT LAND USE CHA. (n.d.). Neliti. Retrieved November 28, 2023.

Rio Christiawan : Potensi Besar Blue Carbon dan Nilai Ekonominya di Bursa – Opini Katadata.co.id. (2023, June 8). Katadata. Retrieved November 28, 2023.

Flag

Bagikan Artikel Ini

Postingan Terkait

  • Thumbnail

    Sedotan Kertas Beracun

    Baca Selengkapnya
  • Thumbnail

    5 Alternatif Barang Ramah Lingkungan

    Baca Selengkapnya
  • Thumbnail

    Desa Timbulsloko Tenggelam! Apa Biang Keroknya?

    Baca Selengkapnya

Ingin Terus Mendapatkan Informasi Terbaru Kami? Berlangganan Sekarang

Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.