Beranda
Publikasi
Green Info
Paus Bisa Menyerap Karbon? Kok Bisa?

Paus Bisa Menyerap Karbon? Kok Bisa?

Green Info

23 November 2023

Aviaska Wienda Saraswati

Banner

Paus adalah mamalia laut yang punya kemampuan untuk menyerap dan memerangkap karbon agar tidak lepas ke atmosfer. Perannya sangat berarti untuk melawan perubahan iklim.

Generasi Hijau sudah tahu belum kalau paus ternyata bisa menyerap karbon lho! Kemampuan mamalia laut ini tentu sangat berarti dalam upaya kita mengurangi emisi karbon di atmosfer. Bagaimana cara paus menyerap karbon? Simak selengkapnya di sini!

Paus

unnamed (6).png

Paus Beluga (Shutterstock)

Paus adalah salah satu mamalia laut. Tubuhnya yang besar membuat ia sering dijuluki sebagai raksasa laut. Sebagai mamalia, paus memiliki beberapa ciri-ciri seperti berkembang biak dengan melahirkan, memiliki kelenjar susu, bernapas dengan paru-paru, bertulang keras, dan berdarah panas. Paus termasuk dalam jenis Cetacea atau makhluk hidup tanpa tungkai belakang. Masa kehamilan mamalia ini berkisar antara 9-15 bulan.

Paus terbagi dalam 2 jenis yaitu paus bergigi (Odontoceti) dan tidak bergigi (Baleen Mysticeti). Paus bergigi memangsa ikan-ikan sedangkan paus tidak bergigi memangsa plankton dan berukuran lebih besar. Paus tanpa gigi biasa disebut dengan paus balin. Paus odontoceti memiliki satu lubang pernapasan sedangkan paus balin memiliki dua lubang pernapasan.

Laut di Indonesia juga dihuni beberapa spesies paus. Perairan Indonesia merupakan jalur transmigrasi paus yang bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Kamu bisa menemukan spesies Paus Biru, Paus Pilur, Paus Bungkuk, Paus Sei, Paus Sperma, Dan Paus Sirip. mereka bermigrasi ke Indonesia untuk melahirkan di perairan yang hangat.

Paus Ternyata Bisa Serap Karbon

unnamed (7).png

Skema Penyerapan Karbon Pada Paus (IMF)

Mamalia raksasa laut ini ternyata punya manfaat yang tak ternilai untuk pengurangan emisi karbon. Sepanjang hidupnya bahkan saat paus telah mati pun tubuhnya dapat memerangkap karbon agar tidak lepas ke atmosfer. Biomassa paus mampu menyerap karbon dalam jumlah yang besar. Selain itu, kotoran dan bangkai dari paus mati juga dapat menyimpan karbon.

Paus punya dua cara untuk menangkap dan mengendapkan karbon yaitu Whale Pump dan Great Whale Conveyor Belt. Whale Pump adalah proses paus mengeluarkan kotoran yang mengandung urea tinggi saat ia naik ke permukaan laut. Kotoran tersebut masuk ke laut dan kandungan ureanya memicu pertumbuhan fitoplankton yang dapat menangkap karbon dalam jumlah banyak di permukaan laut. Sedangkan Whale Conveyor Belt adalah proses paus mendistribusikan kotorannya untuk menyebarkan nutrisi ke wilayah laut yang minim nutrisi.

Para ilmuwan dalam sebuah studi di tahun 2010 memperkirakan 190.000 paus besar dapat menyerap sebanyak 1.9 juta ton karbon tiap tahunnya. Tentunya angka ini didapat sebelum maraknya perburuan paus di dunia. Kemampuan ini akhirnya menuntun manusia untuk menciptakan konsep “Monetisasi Paus”.

Monetisasi Konservasi Paus

unnamed (8).png

Infografis Monetisasi Paus (IMF)

Sebelumnya telah disebutkan bahwa kemampuan paus menyerap dan menyimpan karbon menciptakan konsep Monetisasi Paus. Ini adalah sebuah konsep untuk monetisasi konservasi paus demi mengurangi jejak karbon di atmosfer. Konsep ini dicetuskan oleh International Monetary Fund (IMF) pada tahun 2019 lewat sebuah artikel berjudul “A Strategy to Protect Whales Can Limit Greenhouse Gases and Global Warming”.

Monetisasi ini bertujuan untuk melibatkan peran pelaku industri dan pemangku kepentingan dalam konservasi paus. IMF menentukan nilai paus dengan mempertimbangkan jumlah kontribusi paus terhadap penyerapan karbon, harga pasar karbon dioksida, dan teknik diskon finansial. Nilai rata-rata konservasi paus berkisar $2. Nilai untuk seluruh populasi paus saat ini bisa mencapai $1 triliun.

Ancaman Kepunahan

unnamed (9).png

Data Perburuan Paus Dunia (OurWorldInData.org)

Populasi paus masih dalam ancaman kepunahan. Hal ini terjadi karena aktivitas perburuan paus yang telah berlangsung sikan lama. Perburuan paus telah dilakukan sejak 3000 SM yang dilakukan oleh suku Inuit. Suku yang menempati wilayah Kanada dan Alaska tersebut memburu paus menggunakan tombak. Perburuan primitif ini bertujuan untuk konsumsi daging, minyak, dan organ paus yang kaya akan protein.

Seiring berkembangnya zaman, perburuan yang semula untuk konsumsi harian suatu kelompok masyarakat beralih menjadi perburuan komersial. Perburuan komersial pertama dilakukan oleh bangsa Basque dari timur laut Spanyol. Perburuan komersial ini terus berkembang hingga memasuki era modern pada tahun 1800. Pada era modern, perlengkapan yang digunakan tentunya lebih canggih.

Perburuan ini pastinya menimbulkan penurunan jumlah hingga kepunahan beberapa populasi paus. Menyadari permasalahan ini, persekutuan negara Amerika mendirikan International Whaling Commission (IWC) pada tahun 1946 untuk menjaga populasi paus. Komisi ini membatasi perburuan paus sikat dan paus abu-abu. Selain itu, komisi ini juga membatasi perburuan paus di Antartika tidak boleh lebih dari 15.000 ekor Paus Biru.

Saat ini jumlah perburuan paus telah berkurang setelah mencapai puncaknya pada tahun 1960. Meskipun telah berkurang, era perburuan paus telah menyebabkan 6 dari 13 spesies paus terancam punah. Salah satu spesies paus yang paling terancam punah adalah Paus Sikat Atlantik Utara. Pada tahun 2023, jumlah paus ini diperkirakan hanya tidak lebih dari 500 ekor saja di dunia.

Kepunahan Paus Perburuk Perubahan Iklim

unnamed (10).png

Perburuan Paus (merdeka.com)

Berkurangnya jumlah paus tentunya akan memperburuk perubahan iklim. Semakin banyak paus yang mati di daratan, semakin banyak pula karbon yang lepas ke atmosfer. Berkurangnya jumlah paus juga akan mengurangi reseptor karbon alami. Oleh karena itu penting sekali menjaga populasi paus tetap lestari agar perubahan iklim tidak memburuk.

Selain menjaga populasi paus, kamu juga bisa melawan perubahan iklim dengan melakukan pelestarian ekosistem laut di Banyuwangi. Caranya dengan mendukung aksi pejuang lingkungan untuk mengatasi masalah sampah laut yang sangat mencemari lingkungan. Dukung aksi mereka dengan berdonasi pada kampanye Triseda Membawa Berkah di Green Fund Digital Philanthropy! Donasi kamu akan disalurkan untuk pengadaan triseda agar pejuang lingkungan bisa mengangkut dan mengelola lebih banyak sampah laut secara berkelanjutan. Yuk donasi Bulanan sekarang!

Follow Kita di Google NewsGoogle News

Referensi

CHAMI, R. (n.d.). Nature’s Solution to Climate Change – IMF F&D. International Monetary Fund. Retrieved November 23, 2023.

(DOC) 4.Cetacea (semua jenis Paus) Klasifikasi ilmiah | Deden Ismail. (n.d.). Academia.edu. Retrieved November 23, 2023.

Messeter, J. (2023, September 15). 11 Most Endangered Whales. Animals Around The Globe. Retrieved November 23, 2023.

Whaling – Commercial, History, Impacts. (n.d.). Britannica. Retrieved November 23, 2023.

Flag

Bagikan Artikel Ini

Postingan Terkait

  • Thumbnail

    Populasi Manusia Meningkat, Bagaimana Dampaknya Pada Alam

    Baca Selengkapnya
  • Thumbnail

    Garis Pepohonan Gunung Meninggi, Dampak Krisis Iklim?

    Baca Selengkapnya
  • Thumbnail

    Pak Sariban Sang Pejuang Sampah Kota Bandung

    Baca Selengkapnya

Ingin Terus Mendapatkan Informasi Terbaru Kami? Berlangganan Sekarang

Dengan berlangganan kamu telah menyetujui Kebijakan Privasi yang berlaku.