Generasi Hijau, tahu kalau bumi terdiri dari banyak lapisan? Manusia dan makhluk hidup lainnya tinggal di salah satu lapisannya, yakni lapisan biosfer. Lapisan ini memberi banyak manfaat untuk mendukung kehidupan. Di sisi lain, ia juga terancam kerusakan yang disebabkan manusia. Cagar biosfer dibuat untuk melindunginya.
Cagar Biosfer
Bumi secara geosfer terdiri dari 4 lapisan yaitu, atmosfer, biosfer, litosfer, dan hidrosfer. Lapisan yang kita tinggali adalah biosfer. Biosfer terdiri dari daratan, perairan, dan udara. Jadi, biosfer juga sangat berkaitan erat dengan ketiga lapisan bumi lainnya. Mereka berkaitan karena seluruh kehidupan di bumi terdapat di daratan, perairan, dan udara. Lapisan ini sudah ada di bumi sejak 3.5 triliun tahun lalu.
Seiring berkembangnya kehidupan di bumi, biosfer juga turut mengalami banyak perubahan. Sayangnya, tak semua perubahan mengarah ke hal yang baik. Faktor manusia lagi-lagi menyebabkan ketidak seimbangan biosfer. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Menjaga keseimbangan biosfer penting untuk mempertahankan ekosistem. Oleh karena itu, perlu upaya untuk melindunginya.
Di Indonesia, keseimbangan biosfer dijaga dengan membentuk cagar biosfer. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada 1971. Ini adalah sebuah kawasan yang dibentuk untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati sembari membangun sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Cagar dibentuk untuk menyelaraskan pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi sosial masyarakat.
Cagar Biosfer Indonesia
Indonesia telah memiliki 19 cagar biosfer. Cagar di Indonesia masuk dalam WNBR (World Network of Biosphere Reserves). Di tahun 2020, UNESCO telah menetapkan 3 cagar biosfer baru di Indonesia. Cagar tersebut adalah Bunaken Tangkoko Minahasa, Karimunjawa Jepara Muria, dan Merapi Merbabu Menoreh. Hingga saat ini, luas cagar biosfer di Indonesia hampir mencapai 30 juta hektare. Indonesia yang punya kekayaan alam yang beragam, menghadirkan beragam biosfer pula. Biosfer disini melindungi ekosistem pesisir, perairan, dan hutan.
Biosfer dipercaya sebagai salah satu solusi untuk menjaga keharmonisan konservasi lingkungan dan pembangunan sosial ekonomi. Oleh karena itu, skema keberlanjutan jadi prioritas utama. Untuk menjaga keharmonisan, cagar alam dibagi jadi 3 zona dalam pengelolaannya. Pertama adalah zona inti yang fokus pada ranah konservasi. Kedua adalah zona penyangga yang berfungsi sebagai pelindung zona inti. Ketiga adalah zona transisi untuk pembangunan berkelanjutan.
Ancaman Kerusakan Biosfer
Meskipun telah dicanangkan sebagai solusi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, gesekan kepentingan manusia dan alam masih saja terjadi. Nyatanya 38 cagar biosfer di Indonesia dicabut statusnya karena kerusakan yang terjadi. Kasus ini dapat terlihat dari Cagar Biosfer Wakatobi yang ekosistemnya terancam kerusakan. Ancaman tersebut datang dari penambangan pasir yang dilakukan masyarakat lokal. Pada kasus ini, masyarakat seakan tak punya pilihan karena lesunya pertumbuhan ekonomi. Sebagai jalan tengah, akhirnya masyarakat diizinkan untuk menambang pasir hanya dengan alat tradisional untuk meminimalisir kerusakan.
Indonesia bisa belajar pada Cagar Biosphere Bia di Ghana. Masyarakat setempat didukung untuk mengembangkan potensi ekonomi hijau. Masyarakat yang semula sangat tergantung pada hasil hutan asli seperti perkebunan kakao, diberi alternatif mata pencaharian lain. Contohnya, budidaya jamur, siput, dan lebah madu. Untuk mengelola peluang usaha baru, mereka juga dibekali pengetahuan dan pelatihan. Strategi ini diterapkan untuk mengurangi ketergantungan pada hutan disaat populasi penduduknya meningkat.
Berkaca dari permasalahan yang terjadi, kita tahu status “cagar biosfer” memerlukan upaya maksimal menjaga keseimbangan kebutuhan manusia dan alam. Jangan sampai masyarakat lokal dilepas bertahan hidup sendiri tanpa ada alternatif mata pencaharian.